Rabu, 28 Mei 2008

BBM (Bensin Beuki Mahal)

"Gara-gara BBM naek, penumpang jadi sepi jang" kata seorang supir kepada saya yang kebetulan sedang duduk di sampingnya. "muhun pak" jawab saya, singkat. "Padahal, pun anak anu kelas 3 SMP kudu mayar uang perpisahaan sebesar 30.000 ribu rupiah. Mun kieu wae, kumaha keur yumponan kabutuhan budak" tambahnya lagi.
Ungkapan seperti di atas merupakan gambaran umum akibat meningkatnya harga BBM. Memang, bagi pemerintah, peningkatan harga BBM merupakan salah satu bentuk solusi untuk mengatasi perekonomian negara. Sebaliknya, bagi masyarakat (baca rakyat kecil), peningkatan BBM bukanlah sebuah solusi. Bagi rakyat kecil, peningkatan BBM adalah sebuah musibah, bahkan kiamat. Kenapa tidak, peningkatan BBM telah memberikan konsekuensi pada meningkatnya harga kebutuhan sehari-hari.
Bagaimana dengan Bantuan Langsung Tunai (BLT)? Pemberian BLT juga tampaknya bukanlah sebuah solusi. BLT yang besarnya 100 ribu perak per bulan tidak mampu mengimbangi melonjaknya harga-harga kebutuhan sehari-hari. Sebab, peningkatan biaya yang harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan selama satu bulan akan lebih besar dari 100 ribu perak. Jadi, pemberian BLT jauh di bawah nilai kecukupan.
Ketimbang dibagikan, mendingan uang tersebut digunakan atau disalurkan untuk biaya pendidikan atau biaya pelatihan bagi masyarakat. Dengan meningkatnya tingkat pendidikan anak bangsa dan keahlian masyarakat luas diharapkan akan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Pada akhirnya, dengan bekal ilmu pengetahuan dan keahlian, masyarakat kita akan tahan banting kendatipun harus menghadapi meningkatnya harga BBM.

Tidak ada komentar: